
Saat mentari kian serik untuk berdansa
Saat rembulan mengetuk mesra pintu senja
Ufuk merah seolah mengajakku berbicara
Mengurai indah tentang masa silam
Lantas intusiku berbisik indah
Mengenangkan aku tentang mimpi yang kian rapuh dari ranting asa
Sejenak langkahku mula dicitra oleh minda
Hanya meninggalkan jejak luka masa silam
Lantas sinar hakikat seolah membawa anak mataku beradu
Mungkin silaunya yang mengukir air di muara mataku
Atau jiwaku yang meronta untuk meluah rasa sendu
Mungkin takdirku telah tersurat begitu
Siulan tawanya pernah menjemput mindaku untuk bertinta
Adakah hatiku hanya bait-bait indah lagu pengorbanan
Bodohkah aku jika bahagianya yang ku pilih
Meski ia membuatku terluka
Meninggalkan aku sendiri termanggu mencari bayangan yang hilang dalam terang
Mungkin takdirku hanya epilog hiba sang rembulan
Hanya dibutuh saat jiwa kosong tanpa teman
Dan ditinggal jauh saat dunia di atas awangan
Adakah aku sang egois jika aku terus bertahan
Aku hanya bisa mengukir indah senyuman
Meski hati masih bertinta tentang erti manusia dan perasaan
Aku cuba berdiri ditengah riuk-pikuk kenyataan
Menjadi musuh pada diktator dogma dunia
Antagoniskah aku jika perspektifku kini berbeda
Kini fajar mulai membuka pintu pagi,
Dan tintaku kini hanya muzika kekuatan
Perspektifku kini bukan berpaksi pada momok kosong hati
Momokan kosong yang beruntai dari dogma duniawi
HASIL NUKILAN RYUJI....OKTOBER 2010